Sebenarnya tidak ada rencana untuk melakukan pendakian ini. Namun tiba-tiba teman saya, ulum memberitahu kalau minggu depan dia cuti 2 hari. Dia juga menanyakan apakah tidak acara mendaki minggu depan? Sontak saya berpikir 2x untuk melakukan sebuah pendakian. Setelah browsing2 akhirnya saya mendapatkan gunung yang menarik untuk didaki dan tempatnya tidak jauh dari Kota Malang yaitu Gunung Kelud. Akhirnya kami sepakati untuk melakukan pendakian ke Gunung Kelud via Tulungrejo pada hari Jum’at, 2 September 2016.
Jum’at, 2 September 2016
Meeting point kami tetapkan di rumah Ulum. Pukul 07.00 saya berangkat dari rumah. Sesampainya di rumah ulum, kami melakukan packing ulang dan mengecek barang bawaan apakah ada yang tertinggal. Tepat pukul 08.00 kami berangkat menuju Desa Tulungrejo via Wlingi. Kondisi jalan yang tidak terlalu ramai membuat saya bisa memacu kuda besi saya dengan kecepatan sekitar 60-80 km/h. Sekitar jam 11.00 kami sampai di Wlingi dan mampir ke sebua minimarket untuk membeli logistic yang kurang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi untuk mencari masjid . Akhirnya kami menemukan masjid di sekitar jalan raya Wlingi – Tulungrejo dan melaksanakan shalat Jumat. Saya lupa nama desanya. Setelah Shalat Jumat, kami melankutkan perjalanan lagi menuju Desa Tulungrejo. Kami tiba di basecamp Tulungrejo pada pukul 12.45. Kami menitipkan sepeda dan melakukan persiapan-persiapan kecil. Oh iya, kami juga disuruh mengisi buku tamu pendaki. Saya lumayan aget ketika melihat buku tamu tersebut. Ternyata pada hari itu yang mendaki hanya kami berdua saja.
Narsis dulu di basecamp |
“Bu, niki mboten wonten sing munggah ta?” Tanya saya
“Enggeh mboten wonten mas, mung sampean niki mawon” Jawab Ibu pemilik rumah/basecamp
“Yopo bro?” Tanya saya ke ulum
“Hajar” Jawab ulum
“Gas” Jawab saya
Tepat pukul 13.15 kami memulai pendakian. Dari basecamp kami harus menyusuri jalan aspal sejauh +/- 1 km. Sampai di ujung jalan kami belok kiri masuk ke dalam hutan.
Menyusuri Jalan Aspal |
Di jalan aspal sudah diberi cat/penanda kalau ke kiri adalah jalur pendakian menuju Gunung Kelud. Pendakian yang sebenarnya dimulai. Trek awal masih terkesan biasa-biasa saja dan vegetasi tidak terlalu lebat. Tidak ada tanjakan yang cukup menguras tenaga. Menjelang pos 1, vegetasi menjadi semakin lebat dan tanjakannya perlahan muai terasa melelahkan. Sekitar 50 menitan berjalan akhirnya kami sampai di pos 1. Pos 1 ini ditanddai dengan adanya bangunan seperti gubug. Kami beristirahat sekitar 10 menit di pos 1. Kami melanjutkan perjalanan kembali. Semakin masuk ke dalam hutan, vegetasi menjadi semakin rapat dan tanjakannya semakin menguras tenaga. Walaupun sesekali ada bonus jalan datar. Sekitar 45 – 60 menit berjalan dari pos 1, vegetasi menjadi hutan lembab dimana dibatang pohon banyak ditumbuhi lumut. Firasat saya sudah tidak enak kalau bertemu dengan hutan yang lembab semacam ini. Dimana tempat yang lembab pasti menjadi sarang drakula penghisap darah alias pacet. Apalagi kondisi saat itu juga turun hujan. Setiap kali beristirahat saya tidak asal-asalan untuk menyandarkan tubuh ke batang pohon atau untuk sekedar duduk, takutnya nanti ada pacet yang nempel ditubuh saya :(. Ketika berjalan sesekali saya melihat tubuh saya apakah ada pacet yang nempel atau tidak, padahal saya sudah menggunakan kaos lengan panjang, celana panjang dan sepatu. Sementara ulum terlihat santai-santai saja, padahal dia memakai celana pendek dan kaos lengan pendek. Mungkin dia belum tau wujud pacet wkwkw. Ya maklum saja kalau saya samapi segitunya, saya jijik jika melihat pacet nempel di tubuh saya. Sekitar 2 jam berjalan dari pos 1, akhirnya kami sampai di pos 3, dimana berdasarkan hasil browsing mengatakan kalau di pos 3 ini tempatnya terbuka dan ada bivak dari ranting-ranting pohon. Lah dimana pos 2? Entahlah saya juga tidak menemukan tanda-tanda yang menandakan pos 2. Kami langsung membongkar isi carrier untuk mengeluarkan tenda. Jadilah kami mendirikan tenda ditengah guyuran hujan yang deras. Setelah tenda berdiri, kami masuk ke dalam tenda. Dan ternyata oh ternyata, di dalam tenda banjir bung. Terpaksa kami harus menguras dan mengepel dalam tenda agar kami tidak tidur dalam kondisi tenda yang basah. Dan ternyata angin yang bertiup juga semakin kencang. Akhirnya kami membagi tugas, dimana ulum menguras dalam tenda dan saya keluar untuk memasang guylines agar tenda tetap kokoh. Setelah semuanya selesai, saya kembali masuk ke dalam tenda. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah mengganti baju, karena tadi basah terkena hujan. Tak lama kemudian matahari kembali ke peraduannya dan langit menjadi gelap. Kami pun melakukan ritual masak memasak. Menu malam itu adalah super bubur dengan taburan taro dan tictac. Apes bagi saya, ketika saya memasak bubur, tenyata bubur seya keenceran x_x. Oh damn!. Setelah ritual masak dan makan-makan selesai kami hanya mendengarkan lagu di dalam tenda, ngobrol-ngobrol ringan dan tentunya saya sambil merokok. Suasana malam itu sunyi sekali. Hanya bunyi-bunyi serangga yang menemani kami. Ditengah-tengah mengobrol saya melihat ada sesuatu yang berwujud hitam menempel di kaki ulum.
“Lum iku opo kok onok ireng-ireng ndek sikilmu?” Tanya saya
“Endi seh?” Tanya ulum
“Iki lo” Jawab saya sambil menunjukkan sesuatu berwujud hitam itu
“Wih iyo i” Jawab ulum
“Cekelen seh cobak!” Perintah saya
Ketika dipegang , sesuatu tersebut menggeliat.
“C*k, opo iki rek!” teriak ulum
“Waduh, iku pacet lum” jawab saya
“opo iku?”
“Kewan koyok lintah tapi luweh cilik”
Gempar seisi tenda karena pacet ini wkwkw. Lalu saya mengambil selembar tisu basah dan mendekatkan rokok kea rah pacet itu. Ketika pacet itu menggeliat, langsung saya ambil dengan tisu basah. Lalu saya melemparkan pacet itu ke luar tenda. Kaki ulum terlihat mengeluarkan darah dan dengan sigap dia menutupinya dengan tisu basah. Sekitar pukul 20.30 huja sudah reda. Kami pun keluar tenda dan menikmati bintang-intang. TIdak lupa kami juga memasak minuman hangat malam itu. Sungguh indah sekali pemandangannya, kelap kelip bintang dan lampu kota terlihat dari tempat camp ditambah lagi hanya kami berdua yang ngecamp menambah tingkat ke syahduan pada malam itu.
Setelah ngobrol-ngobrol sambil menikmati minuman hangat, kami masuk ke dalam tenda dan tidur.
Sabtu, 3 September 2016
Sekitar pukul 05.00 saya terbangun dan keluar tenda. Pemandangannya sungguh luar biasa cantiknya. Deretan pegunungan putri tidur, anjasmoro, dan arjuno-welirang terlihat dari sini. Danau selorejo juga kelihatan looo.
Deretan pegunungan Arjuno-Welirang dan Putri Tidur |
Tak lama kemudian ulum juga bangun. Kami melakukan sesi foto-foto pada pagi itu, setelah itu kami memasak dan melakuka persiapan summit attack. Tepat pukul 06.15 kami melakukan Summit Attack dengan bekal 2 botol air mineral 1,5 liter dan snack.
Narsis sebelum Summit Attack! |
Pada awal perjalanan kami disambut dengan turunan yang lumayan curam, kemudian kami menyusuri bukit-bukit kecil atau disebut jalur naga. Sepanjang menyusuri treknya naik turun dan banyak terdapat tanaman sereh yang bisa melukai tangan apabila tergores. Jadi saran saya kalau mau summit ke puncak kelud sebaiknya menggunakan baju lengan panjang. Selama perjalanan ke puncak, vegetasi yang kami lewati adalah vegetasi terbuka. Setelah menyusuri bukit, kami sampai daerah yang penuh pasir dan bebatuan. Kami juga menemukan papan bertuliskan “Meh teko Puncak”.
Candid ala-ala |
Foto-foto dulu |
Ini dia papannya haha |
Kreatif sekali yang memasang papan ini untuk menyemangati para pendaki. Kami terus berjalan sampai kami dihadapkan pada semacam tebing berbatu. Kami menemukan sebuah petunjuk arah dimana petunjuk ini mengatakan kalau kami harus menaiki tebing itu untuk sampai ke puncak. Perlahan tapi pasti kami menaiki tebing tersebut. Kami menaikinya dengan hati-hati sambil mencari pijakan dan pegangan yang tepat. Salah sedikit saja nyawa kami bisa melayang huhu. Butuh waktu 45-1 jam untuk menaiki tebing itu. Sekitar pukul 08.20 kami sampai di puncak. Pemandangan yang terlihat dari sini yakni deretan perbukitan dan pegunungan putri tidur Serta pasir berbatu yang ada di sekitar kawah kelud. Kami melakukan sesi foto-foto disini. Biasalah hahaha.
Tempat camp dari puncak |
Akhirnya sampai puncak (saya) |
Akhirnya sampai puncak (Ulum) |
Ternyata dari puncak kelud jika ingin menuju ke kawah , kita harus berjalan lagi memutari/melipir dinding-dinding bukit. Melihat cuaca yang semakin terik dan persediaan air yang semakin menipis, akhirnya kami mengurungkan niat ke kawah. Kami memutuskan untuk turun. Kami menuruni tebing yang barusan tadi dinaiki. Menuruni tebing itu tidak kalah menegangkan dengan menaikinya. Kami harus hati-hati mencari pijakan dan pegangan. Kami juga menjaga jarak karena batunya ini mudah nggelundung/menggelinding. Saya berada di posisi dean dan ulum di belakang. Sekali saya mendengar dan melihat batu yang menggelinding. Untung saja tidak ada batu yang mengenai tubuh saya. Akhirnya saya sampai terlebih dahulu di tempat yang terdapat papan “Meh teko Puncak”. Saya mencari tempat untuk berteduh sembari menunggu ulum.
Menunggu Ulum Turun |
Pemandangan dari tempat berteduh |
Setelah ulum datang, kami beristirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan lagi menuju tempat camp. Jika trek awal untuk summit attack adalah turunan curam maka trek terakhir menuju ke tempat camp adalah tanjakan curam. Panas matahari yang terik dan energy yang telah terkuras membuat saya ngos-ngosan melewati tanjakan tersebut. Sekitar pukul 10.00 kami sampai di tempat camp dan merebahkan badan. Kami merebahkan badan denga keadaan pintu tenda terbuka karena cuacanya sangat panas dan teirk pada siang itu. Setelah dirasa cukup rebahannya, kami melakukan acara masak memasak lagi. Saat sedang memasak, saya terkejut dengan suara grusuk-grusuk dari dalam hutan. Ternyata suara itu adalah suara langkah kaki manusia. Ada rombongan dari wlingi yang berjumlah 4 orang yang akan mendaki kelud pada hari itu. Mereka melakukan pendakian dengan sistem tektok dan sedang berisitirahat di dekat tenda kami. Akhirnya kami bertemu dengan orang lain. Setelah memasak dan makan, kami melakukan packing dan persiapan untuk turun. Pukul 11.00 kami melakukan perjalana turun dan tak lupa kami berpamitan pada rombongan dari wlingi tadi. Perjalanan turun terasa biasa-biasa saja. Setelah berjalan selama 1,5 jam, akhirnya kami sampai di basecamp. Sesampainya di basecamp, kami berisitirahat dan memakan sisa-sisa snack yang ada. Oh iya, tiba-tiba masing-masing dari kami dibuatkan segelas kopi oleh ibu pemilik rumah/basecamp. Sungguh keramah orang desa.
Istirahat sebelum pulang ke Malang |
Setelah semuanya selesai kami berpamitan untuk pulang. Oh iya, di basecamp kelud ini tidak ada retribusi baik itu untuk pendakian atau penitipan kendaraan, jadi terserah berapa nominal uang yang akan diberikan ke pemilik basecamp. Asal Ikhlas lho ya. Kami memberi uang 30k kepada pemilik basecamp.
Sekedar saran bagi saya untuk kalian yang ingin mendaki ke kelud yakni:
- Pakailah baju lengan panjang dan celana panjang karena sepanjang hutan vegetasinya lebat dimana hutan lebat menjadi sarang pacet dan untuk menghindari terik sinar matahari ketika summit attack
- Pakailah sepatu karena pada saat summit attack kita akan menaiki tebing batu
- Bawalah persediaan air yang cukup karena sepanjang jalur, kalian tidak akan menemukan sumber mata air
- Nikmati setiap langkah kaki kalian ketika menyusuri jalur pendakian karena jalurnya masih bersih dan asri
Sekian, terimakasih telah membaca catatan perjalanan ini.